Dr. Paul Shin, seorang peneliti dari Carolina North University Northridge melakukan penelitian terhadap air hexagonal.
Hasilnya ternyata tidak mendukung teori Dr. Jhon. dengan menggunakan eksperimen
As can be easily seen, the ultrapure (distilled & de-ionized or DDI) water has a 17O-NMR linewidth nearly identical to that for Hexagonal Water and similar to that of M-Water (another “hexagonal water” product).
Figure 1 shows an example of actual 17O-NMR data. I conducted additional experiments comparing Hexagonal Water against ultrapure water and found no differences.
Regardless of whether I added table salt or vitamin C or if I even diluted these samples of water with tap water, I saw no differences! I will leave it up to you to evaluate the data for yourself, but it is of interest to note that even a urine sample gives a 17O-NMR linewidth nearly identical to that for the Hexagonal Water.
These results do not support Dr Jhon’s conclusions about the unique nature of his Hexagonal Water and this therefore casts a less than credible light on his claims of the therapeutic effects of Hexagonal Water.
Dr dr Septelia Inawati Wanandi dari Universitas Indonesia juga menyatakan skeptis terhadap khasiat air heksagonal dari sisi kesehatan.
Septelia secara halus mencoba menjawabnya dari logika ilmiah dasar. Air beroksigen susunan molekul tetap berbeda dengan air hexagonal.
Kesamaan keduanya adalah sama- sama mencoba menyuguhkan air dengan kandungan oksigen lebih banyak dari air biasa.
“Namun, pada kedua macam air itu kelarutan oksigen tambahan di dalamnya tetap mudah terlepas. Ada toleransi suhu tertentu, setidaknya sampai di atas suhu ruangan, oksigen terlarut mudah lepas. Kalau lepas, ya lalu menjadi air biasa kembali,” kata Septelia.
Padahal, dalam keterangan iklannya, air hexagonal, misalnya, direkomendasikan bisa dibuat untuk susu bayi, minuman hangat hingga memasak.
“Air hexagonal dan air beroksigen kalau dipanaskan ya pasti oksigen terlarutnya terlepas,” tandas Septelia.
Kalau toh air beroksigen atau hexagonal itu dalam suhu normal diminum, potensi oksigen terlepas tetap besar.
Suhu tubuh normal manusia, sekitar 37 derajat Celsius, disebutkan Septelia, memungkinkan oksigen terlarut dalam air terlepaskan ketika memasuki tubuh. Hal ini mirip dengan jika kita sendawa setelah minum air berkarbonat.
Jika diandaikan kandungan oksigen terlarut itu mampu sampai di usus, tetap akan menimbulkan pertanyaan. “Apakah kapiler pada mukosa usus bisa menyerap oksigennya? Apakah daya serapnya lebih hebat dari alveoli pada paru-paru?
Setahu saya, sampai sekarang organ yang didesain Tuhan untuk menyerap oksigen hanya paru-paru,” tutur Septelia.
Dari artikel yang sama, Prof dr Waluyo S Soerjodibroto, MSc, PhD, SpG(K) berpendapat lebih ekstrim lagi.
Alih-alih menjadi sehat, produksi radikal bebas berlebih malah berpotensi destruktif pada tubuh. Radikal bebas merupakan molekul oksigen yang kesepian, sebab atom pada orbit terluarnya terdapat elektron yang tidak punya pasangan.
Hal itu membuat si molekul menjadi liar, lalu secara radikal mencari pasangan dengan merampok elektron molekul lain dari berbagai sel-sel tubuh. Sebab itulah ia disebut radikal bebas.
Keradikalan berantai terjadi ketika molekul yang terampok ikut-ikutan brutal merampas elektron molekul lain. Kondisi inilah yang lalu membuat sel-sel tubuh rusak.
“Manfaat air beroksigen dan juga air hexagonal, sejauh ini belum terbukti secara ilmiah ataupun secara klinis. Paling hanya testimonial saja,” ujar Waluyo.
Sedangkan skeptisme beberapa staf Kalbe Farma yang mengikuti sebuah seminar tentang air hexagonal juga kurang lebih sama:
Masih sulit untuk memastikan apakah fungsi air hexagonal jauh berbeda dengan air pentagonal, bahkan dalam beberapa hal justru diperkirakan memiliki efek samping.
Seperti pembicara mengatakan bahwa untuk mendapatkan air hexagonal dibutuhkan alat untuk memutar air tersebut selama 7 menit, 14 menit, bahkan bisa sampai 21 menit.
Makin lama proses pemutarannya makin kecil ukuran molekulnya, dan makin tinggi kadar mineral yang dapat diikat.
Yang menjadi pertanyaan apakah benar pemutaran air yang lebih lama akan mengikat mineral yang lebih banyak ?
Produsen air mineral terkemuka, Aqua, juga menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan tentang air hexagonal ini, tentunya secara diplomatis:
Dengan tehnologi magnetik, aerasi dan ozonisasi kandungan oksigen dalam air pun dapat meningkat dan memberikan kesegaran rasa air, tetapi karena perubahan itu tidak stabil maka kesegaran hanya sementara saja.
Sebuah publikasi berjudul Drinking Water and Water Treatment Scams dari Auburn University Alabama mencoba untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tentang penipuan yang berhubungan dengan air minum.
Dari sekian penipuan yang dimaksud, di antaranya adalah air heksagonal.
There is a scam that you can treat water with far- infrared light, which will cause special vibrations and energize the water, mimicking what happens when natural springs splash over rocks and natural magnetic fields.
This special form of water, sometimes referred to as hexagonal water, is purported to be living water that resonates with the energetic vibrations of your body to amplify your life force.
…
Water produced by some machines is supposed to have a hexagonal structure and energy memory™, which is advertised as being good for all living organisms.
Special magnetic filters can supposedly produce water that is eight times as effective as most un- structured water in terms of health benefits.
If you cannot afford a magnetizing machine, you can purchase a magnetic drinking mug or magnetic stirring rod that will do the trick.
Selain itu, Stephen Lower –mantan staf dari Simon Fraser University, Vancouver, Canada– juga memiliki daftar penipuan yang berhubungan dengan air minum.
Air Hexagonal adalah masuk dalam daftar ini.
It turns out that M-S Jhon (who died in 2004) was a for-real scientist and author of numerous research papers having to do with water- and none (that I have seen) containing any of this hokum.
It’s hard to believe that a reputable scientist would risk his reputation as a shill for junk science, and I wonder if the poor guy was even aware of this use being made of his name.
Walaupun demikian, ada juga yang mendukung teori air heksagonal ini. Misalnya Dr. Yayat Hadiyat dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo:
Sementara itu, dokter dari Bagian Rehabilitasi Medis RS Ciptomangunkusumo Jakarta, Yayat Hadiyat, menyebutkan, konsumsi air heksagonal sebenarnya sudah sangat diperlukan, bagi mereka yang ingin memurnikan bagian dalam tubuhnya.
Pasalnya, bagian dalam tubuh manusia, kini semakin menjadi asam, di samping kebiasaan manusia mengonsumsi makanan berlemak, asap rokok, sayuran berbahan kimia, dll.
“Ini mengakibatkan kandungan air heksagonal yang sejak lahir sudah ada dalam tubuh manusia, kemudian menjadi semakin berkurang.
Jika presentasenya sudah mencapai 50 persen, maka secara teori manusia bersangkutan akan meninggal,” katanya
Sedangkan, Zeily Nurachman dari Jurusan Kimia ITB menegaskan pentingnya air heksagonal hanya bagi penderita penyakit.
Jadi, pemberian air minum beroksigen tinggi pada orang berpenyakit atau mengalami gejala penyakit, merupakan langkah berguna. Sebaliknya, pada kasus orang sehat, pasokan oksigen dapat mencapai jaringan yang terjauh sehingga memakai air beroksigen tinggi adalah mubazir.
Saya sendiri bukan ahli atau peneliti air. Tetapi pencarian saya di Internet mengatakan bahwa khasiat dari air heksagonal atau air beroksigen diragukan kebenarannya.
Kemungkinan besar khasiat yang dimaksud hanyalah berasal dari efek Placebo. Sedangkan hampir semua pendapat yang mengatakan sebaliknya berasal dari orang-orang yang ‘ingin menjual sesuatu’.
Sumber: Priyadi.net
------
Air Oksigen dan Air Heksagonal Bermanfaat ?
BISNIS seputar air minum dalam kemasan kini semakin semarak dengan hadirnya jenis air beroksigen dan air hexagonal.
Minuman semacam itu kini ramai memenuhi gerai-gerai penjualan di pasar swalayan. Air tersebut menjanjikan manfaat yang terdengar dahsyat, mampu menyembuhkan berbagai penyakit yang secara medis pun kerap sulit diobati.
Baca: Harga alat uji kualitas air
Meskipun demikian, seberapa nyata kehebatan klaim-klaim tersebut jika ditelisik lebih jauh?
Air dan kehidupan memang adalah keniscayaan. Air sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh manusia. Demikian vital dan semakin dibutuhkannya air di mana pun orang berada hingga pada zaman modern saat ini, air pun harus ditebus dengan uang. Si air minum ini memang telah menjadi komoditas yang sangat prospektif.
Menjual air tak cukup lagi dengan embel-embel "air yang diambil dari mata air pegunungan". Sebab itu, "inovasi" seputar air dikembangkan sedemikian rupa. Air beroksigen juga air heksagonal mungkin hanya salah satu "inovasi" yang akan memancing berbagai "inovasi" air yang lain.
Baca: Daftar harga mesin RO
Satu molekul air (H2O) merupakan kolaborasi satu atom oksigen dengan dua atom hidrogen. "Unsur oksigen terlarut dalam air memang secara alamiah tidak banyak.
Sebab itu, orang yang memelihara ikan di akuarium sering menambahkan oksigen supaya ikan-ikannya mendapat suplai oksigen lebih banyak," tutur Dr dr Septelia Inawati Wanandi dari Bagian Biokimia dan Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Oksigen yang ditambahkan di akuarium tersebut bukan untuk diminum oleh para ikan penghuni akuarium, namun untuk bernapas melalui insang-insang mereka. Pada air minum kemasan beroksigen, oksigen ditambahkan pada air dalam suatu tekanan tinggi tertentu. Hal itu, menurut Septelia, memang bisa saja dilakukan.
Namun, Septelia mengingatkan, sifat kelarutan oksigen tambahan tersebut pada air sangat labil, mudah terlepaskan kembali ke udara. Terlebih jika air tersebut berada dalam kondisi di atas suhu ruangan (25-30 derajat Celsius), terkena panas, atau sekadar terpapar cahaya matahari.
Septelia memaparkan, molekul-molekul air tersebut dalam keadaan cair bergerak liar tak beraturan. Namun, ketika berwujud padat, seperti es atau salju, molekul-molekul air tersebut bertingkah laku lebih beradab dalam susunan yang rapi dan tertib. Keteraturan itu dapat diamati ketika setiap enam molekul air saling bergandengan membentuk susunan heksagonal (segi enam).
Susunan tersebut menciptakan sebuah ruang di bagian tengah, yang lalu dapat memerangkap oksigen lain atau molekul lain. Kondisi itu menyebabkan apa yang kondang disebut sebagai anomali air.
"Karena itu, air yang didinginkan hingga suhu di bawah empat derajat Celsius hingga menjadi es, volumenya lebih besar ketimbang air dalam kondisi cair," papar Septelia.
Dalam susunan demikian, memang otomatis memungkinkan air mengandung unsur oksigen lebih banyak dibandingkan air suhu ruangan, apalagi air hangat. Sebab itu, kata Septelia, meminum air dingin atau es terasa lebih segar ketimbang air hangat. Selain karena suhunya lebih dingin, air dingin atau es memiliki kandungan oksigen lebih banyak.
Dari gambaran alamiah itu, manusia kemudian mencoba menciptakan susunan molekul air heksagonal, namun tetap dalam keadaan cair bukan padat. Kedengarannya memang fantastis. Kalangan industri lalu menyikapinya dengan memasarkan alat pembuatnya dalam wujud yang praktis, sepraktis water heater listrik di kamar hotel.
Baca: Cara menaikkan pH air
Alat itu dikatakan mampu menjadikan air biasa menjadi air heksagonal, yang diklaim bisa menjadi dokter pribadi. Sebab, air yang tercipta dari alat itu dapat mengobati berbagai penyakit termasuk kanker.
"Penciptaan itu memang mungkin saja, dengan menggunakan energi besar, seperti medan magnet yang kuat, struktur molekul alami air cair menjadi heksagonal," tutur Septelia.
Kehebatan inovasi tersebut kemudian berujung pada pertanyaan, seberapa signifikan manfaatnya, sehingga air-air semacam itu perlu dikonsumsi manusia?
Septelia secara halus mencoba menjawabnya dari logika ilmiah dasar. Air beroksigen susunan molekul tetap berbeda dengan air heksagonal. Kesamaan keduanya adalah sama- sama mencoba menyuguhkan air dengan kandungan oksigen lebih banyak dari air biasa.
"Namun, pada kedua macam air itu kelarutan oksigen tambahan di dalamnya tetap mudah terlepas. Ada toleransi suhu tertentu, setidaknya sampai di atas suhu ruangan, oksigen terlarut mudah lepas. Kalau lepas, ya lalu menjadi air biasa kembali," kata Septelia.
Padahal, dalam keterangan iklannya, air heksagonal, misalnya, direkomendasikan untuk membuat dari susu bayi, minuman hangat hingga memasak.
"Air heksagonal dan air beroksigen kalau dipanaskan ya pasti oksigen terlarutnya terlepas," tandas Septelia.
Kalau toh air beroksigen atau heksagonal itu dalam suhu normal diminum, potensi oksigen terlepas tetap besar.
Jika diandaikan kandungan oksigen terlarut itu mampu sampai di usus, tetap akan menimbulkan pertanyaan. "Apakah kapiler pada mukosa usus bisa menyerap oksigennya? Apakah daya serapnya lebih hebat dari alveoli pada paru-paru? Setahu saya, sampai sekarang organ yang didesain Tuhan untuk menyerap oksigen hanya paru-paru," tutur Septelia.
Septelia juga mengingatkan bahwa berlebihan mengonsumsi oksigen juga tidak baik. Sebab, oksigen adalah unsur yang berperan dalam proses oksidasi yang juga menghasilkan radikal bebas.
Manusia tidak bisa terbebas dari radikal bebas ini karena manusia membutuhkan proses metabolisme yang notabene merupakan proses oksidasi. Meski demikian, tubuh secara alami juga memproduksi antioksidan sendiri (antioksidan endogen).
"Tercipta keseimbangan di dalam tubuh, antara jumlah radikal bebas dengan antioksidannya. Kalau oksigen dalam tubuh berlebihan, bisa memancing jumlah radikal bebas berlebihan juga, menjadi stres oksidatif," papar Septelia.
Hal itu juga dibenarkan pakar gizi Prof dr Waluyo S Soerjodibroto, MSc, PhD, SpG(K). Alih-alih menjadi sehat, produksi radikal bebas berlebih malah berpotensi destruktif pada tubuh. Radikal bebas merupakan molekul oksigen yang kesepian, sebab atom pada orbit terluarnya terdapat elektron yang tidak punya pasangan.
Sumber :
http://www.kompas.com
Apa pendapat anda tentang dua pandangan di atas ?